Rabu, 23 April 2014

Tipe belajar, Jenis Belajar dan prinsip belajar



 BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Belajar merupakan langkah awal manusia untuk bisa melakukan sesuatu. Proses belajar tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Ketika menemukan hal-hal baru manusia akan melalui proses belajar untuk mengetahui hal yang baru ia dapati. Menurut Gagne, belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.
Setiap orang memiliki cara dan metode belajarnya sendiri. Ada yang lebih senang belajar sendiri, belajar berkelompok, belajar dengan melihat, mendengar atau mengerjakan sesuatu agar sesuatu yang ia pelajari dapat diingat dan dipahaminya dengan baik. Untuk memaksimalkan potensi yang ada dalam diri kita, tentu ada baiknya kita terlebih dulu mengerti dan mengetahui bagaimana sebenarnya tipe belajar kita sendiri.
Dalam prosesnya, setiap individu memiliki tipe belajar yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Setiap tipe belajar akan memberikan efek yang berbeda. Individu yang menyukai tipe belajar dengan melihat akan merasa belajar dengan cara melihat atau memperhatikan akan lebih efektif dari pada tipe belajar yang menggunakan gerak atau mendengarkan, dan begitupun dengan sebaliknya. Hal ini dikarenakan setiap individu memiliki respons yang berbeda dalam memahami pembelajaran yang diberikan. Untuk seseorang yang menyukai tipe belajar dengan cara melihat akan merasa lebih efektif belajar dengan cara melihat daripada belajar melalui pendengaran atau gerakan.
B.       Batasan dan Rumusan Masalah
1.      Batasan Masalah.
Untuk membatasi masalah ini agar tidak terlalu meluas, maka pemakalah memberi batasan hanya pada “Tipe belajar bagi peseta didik dan jenis belajar dan pembelajaran menurut katagori taxsonomi bloom,Gagne, dan kategori jenis belajar menurut persfektif Unesco.”
2. Rumusan Masalah
a). Pengertian tipe belajar dan macam-macam tipe belajar bagi peserta didik?
b). Bagaimana Jenis Belajar dan Pembelajaran menurut katagori taxsonomi bloom,Gagne, dan kategori jenis belajar menurut persfektif Unesco ?
c). Pengertian berbagai prinsip belajar?

C.     Tujuan Makalah
Sesuai dengan rumusan masalah di atas yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui Pengertian tipe belajar dan pengaruh tipe belajar bagi peserta didik.
2.      Untuk mengetahui Jenis Belajar dan Pembelajaran menurut katagori taxsonomi bloom,Gagne, dan kategori jenis belajar menurut persfektif Unesco














BAB II
PEMBAHASAN

A.      Tipe Belajar
1.        Definisi Tipe Belajar
Tipe : sikap, gerak, gerik, lagak yang menandai ciri seseorang, atau gerakan tertentu yang diatur untuk menarik perhatian orang lain.[1]UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20, Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.[2]  Jadi tipe belajar merupakan gaya belajar yang dimiliki oleh setiap individu yang merupakan cara termudah dalam menyerap, mengatur dan mengolah informasi (DePetter dan Hearchi, 2003)
2.        Macam-macam Tipe Belajar
Sejalan dengan hal tersebut, DePetter dan Hearchi, 2003 mendeskripsikan ciri-ciri tipe belajar seseorang menjadi sebagai berikut:

a.      Visual (Visual Learners)

Tipe Belajar Visual (Visual Learners) menitikberatkan pada ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham Gaya belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Ada beberapa karakteristik yang khas bagai orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini. Pertama adalah kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya, kedua memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, ketiga memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik, keempat memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung, kelima terlalu reaktif terhadap suara, keenam sulit mengikuti anjuran secara lisan, ketujuh seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.


  1. Cenderung melihat sikap, gerakan, dan bibir guru yang sedang mengajar
  2. Bukan pendengar yang baik saat berkomunikasi
  3. Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya akan melihat teman-teman lainnya baru kemudian dia sendiri yang bertindak
  4. Tak suka bicara didepan kelompok dan tak suka pula mendengarkan orang lain. Terlihat pasif dalam kegiatan diskusi.
  5. Kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan
  6. Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan
  7. Dapat duduk tenang ditengah situasi yang rebut dan ramai tanpa terganggu
b.      Auditory  (Auditory Learners )
Tipe belajar Auditori (Auditory Learners) mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu. Karakter pertama orang yang memiliki gaya belajar ini adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran, kedua memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, ketiga memiliki kesulitan menulis ataupun membaca.
Ciri-ciri Tipe belajar Auditori yaitu :
  1. Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas, atau materi yang didiskusikan dalam kelompok/ kelas
  2. Pendengar ulung: anak mudah menguasai materi iklan/ lagu di televise/ radio
  3. Cenderung banyak omong
  4. Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya
  5. Kurang cakap dalm mengerjakan tugas mengarang/ menulis
  6. Senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain
  7. Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru dilingkungan sekitarnya, seperti hadirnya  anak baru, adanya papan pengumuman di pojok kelas, dll
c.       Kinestetik (Kinesthetic Learners)
Tipe belajar Kinestetik (Kinesthetic Learners) mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya  ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya.
Ciri-ciri Tipe belajar Kinestetik yaitu :
  1. Menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya, termasuk saat belajar
  2. Sulit berdiam diri atau duduk manis, selalu ingin bergerak
  3. Mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya aktif. Contoh: saat guru menerangkan pelajaran, dia mendengarkan sambil tangannya asyik menggambar
  4. Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar
  5. Sulit menguasai hal-hal abstrak seperti peta, symbol dan lambing
  6. Menyukai praktek/ percobaan
  7. Menyukai permainan dan aktivitas fisik
Selain ketiga tipe belajar tersebut, DePetter juga menambahkan bahwa ada tipe campuran dari tiga tipe belajar diatas (misalnya Auditori-visual atau Visual-kinestetik atau bisa ketiga-tiganya) yaitu Tipe Belajar Kombinatif, Siswa bertipe kombinatif adalah siswa yang dapat dan mampu mengikuti pelajaran dengan menggunakan lebih dari satu alat indra. Ia dapat menerima pelajaran dangan mata dan telinga sekaligus ketika belajar. Tapi biasanya satu tipe belajar lebih mendominasi.[3]





B.       JENIS-JENIS BELAJAR
Manusia memilki beragam potensi, karakter, dan kebutuhan dalam belajar. Karena itu banyak tipe-tipe belajar yang dilakukan manusia.
1.      Menurut Gagne ada delapan jenis belajar :
·         Belajar isyarat (signal learning). Menurut Gagne, ternyata tidak semua reaksi sepontan manusia terhadap stimulus sebenarnya tidak menimbulkan respon dalam konteks inilah signal learning terjadi. Contohnya yaitu seorang guru yang memberikan isyarat kepada muridnya yang gaduh dengan bahasa tubuh tangan diangkat kemudian diturunkan.
·         Belajar stimulus respon. Belajar tipe ini memberikan respon yang tepat terhadap stimulus yang diberikan. Reaksi yang tepat diberikan penguatan (reinforcement) sehingga terbentuk perilaku tertentu (shaping). Contohnya yaitu seorang guru memberikan suatu bentuk pertanyaan atau gambaran tentang sesuatu yang kemudian ditanggapi oleh muridnya. Guru member pertanyaan kemudian murid menjawab.
·         Belajar merantaikan (chaining). Tipe ini merupakan belajar dengan membuat gerakan-gerakan motorik sehingga akhirnya membentuk rangkaian gerak dalam urutan tertentu. Contohnya yaitu pengajaran tari atau senam yang dari awal membutuhkan proses-proses dan tahapan untuk mencapai tujuannya.
·         Belajar asosiasi verbal (verbal Association). Tipe ini merupakan belajar menghubungkan suatu kata dengan suatu obyek yang berupa benda, orang atau kejadian dan merangkaikan sejumlah kata dalam urutan yang tepat. Contohnya yaitu Membuat langkah kerja dari suatu praktek dengan bntuan alat atau objek tertentu. Membuat prosedur dari praktek kayu.
·         Belajar membedakan (discrimination). Tipe belajar ini memberikan reaksi yang berbeda–beda pada stimulus yang mempunyai kesamaan. Contohnya yaitu seorang guru memberikan sebuah bentuk pertanyaan dalam berupa kata-kata atau benda yang mempunyai jawaban yang mempunyai banyak versi tetapi masih dalam satu bagian dalam jawaban yang benar. Guru memberikan sebuah bentuk (kubus) siswa menerka ada yang bilang berbentuk kotak, seperti kotak kardus, kubus, dsb.
·         Belajar konsep (concept learning). Belajar mengklsifikasikan stimulus, atau menempatkan obyek-obyek dalam kelompok tertentu yang membentuk suatu konsep. (konsep : satuan arti yang mewakili kesamaan ciri). Contohnya yaitu memahami sebuah prosedur dalam suatu praktek atau juga teori. Memahami prosedur praktek uji bahan sebelum praktek, atau konsep dalam kuliah mekanika teknik.
·         Belajar dalil (rule learning). Tipe ini merupakan tipe belajar untuk menghasilkan aturan atau kaidah yang terdiri dari penggabungan beberapa konsep. Hubungan antara konsep biasanya dituangkan dalam bentuk kalimat. Contohnya yaitu seorang guru memberikan hukuman kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas yang merupakan kewajiban siswa, dalam hal itu hukuman diberikan supaya siswa tidak mengulangi kesalahannya.
·         Belajar memecahkan masalah (problem solving). Tipe ini merupakan tipe belajar yang menggabungkan beberapa kaidah untuk memecahkan masalah, sehingga terbentuk kaedah yang lebih tinggi (higher order rule). Contohnya yaitu seorang guru memberikan kasus atau permasalahan kepada siswa-siswanya untuk memancing otak mereka mencari jawaban atau penyelesaian dari masalah tersebut. 
Selain delapan jenis belajar, Gagne juga membuat semacam sistematika jenis belajar. Menurutnya sistematika tersebut mengelompokkan hasil-hasil belajar yang mempunyai ciri-ciri sama dalam satu katagori. Kelima hal tersebut adalah :
a.       Keterampilan intelektual : kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya dengan menggunakan symbol huruf, angka, kata atau gambar.
b.      Informasi verbal : seseorang belajar menyatakan atau menceritakan suatu fakta atau suatu peristiwa secara lisan atau tertulis, termasuk dengan cara menggambar.
c.       Strategi kognitif : kemampuan seseorang untuk mengatur proses belajarnya sendiri, mengingat dan berfikir.
d.      Keterampilan motorik : seseorang belajar melakukan gerakan secara teratur dalam urutan tertentu (organized motor act). Ciri khasnya adalah otomatisme yaitu gerakan berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan luwes.
e.       Sikap keadaan mental yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan pilihan-pilihan dalam bertindak.

2.      Menurut Bloom
Benyamin S. Bloom (1956) adalah ahli pendidikan yang terkenal sebagai pencetus konsep taksonomi belajar. Taksonomi belajar adalah pengelompokkan tujuan berdasarkan domain atau kawasan belajar. Menurut Bloom ada tiga dmain belajar yaitu :
a.         Cognitive Domain (Kawasan Kognitif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis yang bias diukur dengan pikiran atau nalar. Kawasan ini tediri dari:
·         Pengetahuan (Knowledge).
·          Pemahaman (Comprehension).
·         Penguraian (Analysis).
·         Memadukan (Synthesis).
·         Penilaian (Evaluation). 
b.         Affective Domain (Kawasan afektif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Kawasan ini terdiri dari:
·         Penerimaan (receiving/attending).
·         Sambutan (responding)
·          Penilaian (valuing).
·         Pengorganisasian (organization).
·         Karakterisasi (characterization)

c.         Psychomotor Domain (Kawasan psikomotorik). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari:
·         Kesiapan (set)
·         Meniru (imitation)
·         Membiasakan (habitual)
·         Adaptasi (adaption)
3.      Menurut UNESCO
UNESCO telah mengeluarkan kategori jenis belajar yang dikenal sebagai empat pilar dalam kegiatan belajar ( A. Suhaenah Suparno, 2000 ) :
a.       Learning to know. Pada Learning to know ini terkandung makna bagaimana belajar, dalam hal ini ada tiga aspek : apa yang dipelajari, bagaimana caranya dan siapa yang belajar.
b.      Learning to do. Hal ini dikaitkan dengan dunia kerja, membantu seseorang mampu mempersiapkan diri untuk bekerja atau mencari nafkah. Jadi dalam hal ini menekankan perkembangan ketrampilan untuk yang berhubungan dengan dunia kerja.
c.       Learning to live together. Belajar ini ditekankan seseorang/pihak yang belajar mampu hidup bersama, dengan memahami orang lain, sejarahnya, budayanya, dan mampu berinteraksi dengan orang lain secara harmonis.


d.      Learning to be. Belajar ini ditekankan pada pengembangan potensi insani secara maksimal. Setiap individu didorong untuk berkembang dan mengaktualisasikan diri. Dengan learning to be seseorang akan mengenal jati diri, memahami kemampuan dan kelemahanya dengan kompetensi-kompetensinya akan membangun pribadi secara utuh.[4]
C.      Prinsip-Prinsip Belajar
1.      Definisi Prinsip Belajar
Prinsip adalah Sesuatu yang dipegang sebagai panutan yang utama. (Badudu dan Zein 2001 : 1089). Prinsip adalah Sesuatu yang menjadi dasar dari pokok pikiran, berpijak, dsb (Syah Djanilun, 1993) Jadi, Prinsip belajar adalah landasan berfikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar proses belajar dan pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara pendidik dan peserta didik.[5]
Proses belajar mengajar memang merupakan bagian terpenting dalam mengimplementasikan kurikulum, termasuk memahami prinsip-prinsip pembelajaran itu sendiri. Adapun untuk bisa mengetahui efektivitas dan juga efisiensi suatu pembelajaran bisa kita lihat melalui kegiatan pembelajaran ini. Oleh karena itu, dalam melakukan pembelajaran sudah sepatutnya seorang pengajar mengetahui bagaimana cara untuk membuat kegiatan belajar bisa berjalan dengan baik serta bisa mencapai tujuan sesuai dengan yang diinginkan.
Memang, prinsip-prinsip pembelajaran adalah bagian terpenting yang wajib diketahui para pengajar sehingga mereka bisa memahami lebih dalam prinsip tersebut dan seorang pengajar bisa membuat acuan yang tepat dalam pembelajarannya. Dengan begitu pembelajaran yang dilakukan akan jauh lebih efektif serta bisa mencapai target tujuan.




2.        Macam-macam Prinsip Belajar
• Prinsip motivasi dan perhatian
Dalam sebuah proses pembelajaran, di sini perhatian sangatlah berperan penting sebagai awalan dalam memicu kegiatan belajar. Sementara motivasi memiliki keterkaitan dengan minat siswa, sehingga mereka yang mempunyai minat tinggi terhadap mata pelajaran tertentu juga bisa menimbulkan motivasi yang lebih tinggi lagi dalam belajar.
• Prinsip keaktifan
Pada hakikatnya belajar itu merupakan proses aktif yang mana seseorang melakukan kegiatan untuk mengubah perilaku dan menjadi lebih baik.
• Prinsip berpengalaman atau keterlibatan secara langsung
Jadi prinsip ini erat kaitannya dengan prinsip aktivitas di mana masing-masing individu haruslah terlibat langsung untuk merasakan atau mengalaminya. Adapun sebenarnya di setiap kegiatan pembelajaran itu haruslah melibatkan diri kita secara langsung.
• Prinsip pengulangan
Prinsip pengulangan di sini memang sangatlah penting yang mana teori yang bisa kita jadikan petunjuk dapat kita cermati dari dalil yang di kemukakan Edward L Thorndike mengenai law of learning.
Prinsip tantangan
Penerapan bahan belajar yang kita kemas dengan lebih menantang seperti halnya mengandung permasalahan yang harus dipecahkan, maka para siswa pun juga akan tertantang untuk terus mempelajarinya.
Prinsip penguat dan balikan
Kita tahu bahwa seorang siswa akan lebih semangat jika mereka mengetahui serta mendapatkan nilai yang baik. Terlebih lagi jika hasil yang didapat sangat memuaskan sehingga itu bisa menjadi titik balik yang akan sangat berpengaruh untuk kelanjutannya.


Prinsip perbedaan individual
Proses belajar masing-masing individu memang tidaklah sama baik secara fisik maupun psikis. Untuk itulah di dalam proses pembelajaran mengandung penerapan bahwa masing-masing siswa haruslah dibantu agar lebih memahami kelemahan serta kekuatan yang ada pada dirinya dan kemudian bisa mendapatkan perlakuan yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing.[6]











BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.        Tipe Belajar adalah gaya belajar yang dimiliki oleh setiap individu yang merupakan cara termudah dalam menyerap, mengatur dan mengolah informasi. Tipe belajar masing-masing individu peserta didik berbeda-berbeda. Macam-macam tipe belajar : 1) Tipe visual, dimana ia akan secara optimal menyerap informasi yang dibacanya/dilihatnya. 2) Tipe auditori, dimana informasi yang masuk melalui apa yang didengarnya akan diserap secara optimal. 3) Tipe kinestetik, dimana ia akan sangat senang dan cepat mengerti bila informasi yang harus diserapnya terlebih dahulu “dicontohkan” atau ia membayangkan orang lain melakukan hal yang akan dipelajarinya.
2.        Jenis Belajar dan Pembelajaran menurut katagori taxsonomi Bloom, Gagne, dan kategori jenis belajar menurut persfektif Unesco. Menurut Gagne ada delapan tipe belajar yaitu : 1) Belajar isyarat (signal learning). Menurut Gagne, ternyata tidak semua reaksi sepontan manusia terhadap stimulus sebenarnya tidak menimbulkan respon dalam konteks inilah signal learning terjadi. 2) Belajar stimulus respon, Belajar tipe ini memberikan respon yang tepat terhadap stimulus yang diberikan. 3) Belajar merantaikan (chaining), Tipe ini merupakan belajar dengan membuat gerakan-gerakan motorik. 4) Belajar asosiasi verbal (verbal Association), Tipe ini merupakan belajar menghubungkan suatu kata dengan suatu obyek yang berupa benda. 5) Belajar membedakan (discrimination), Tipe belajar ini memberikan reaksi yang berbeda–beda pada stimulus yang mempunyai kesamaan. 6) Belajar konsep (concept learning), Belajar mengklsifikasikan stimulus. 7) Belajar dalil (rule learning). Tipe ini merupakan tipe belajar untuk menghasilkan aturan atau kaidah yang terdiri dari penggabungan beberapa konsep. 8) Belajar memecahkan masalah (problem solving,. Tipe ini merupakan tipe belajar yang menggabungkan beberapa kaidah untuk memecahkan masalah.  Menurut Benyamin S. Bloom (1956) ada tiga jenis belajar 1) Cognitive Domain (Kawasan Kognitif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis yang bias diukur dengan pikiran atau nalar. 2) Affective Domain (Kawasan afektif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional. 3) Psychomotor Domain (Kawasan psikomotorik). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Menurut UNESCO kategori jenis belajar yang dikenal sebagai empat pilar dalam kegiatan belajar ( A. Suhaenah Suparno, 2000 ) : 1) Learning to know. Pada Learning to know ini terkandung makna bagaimana belajar. 2) Learning to do. Hal ini dikaitkan dengan dunia kerja. 3) Learning to live together. Belajar ini ditekankan seseorang/pihak yang belajar mampu hidup bersama. 4) Learning to be. Belajar ini ditekankan pada pengembangan potensi insani secara maksimal.
3.        Prinsip belajar adalah landasan berfikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar proses belajar dan pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara pendidik dan peserta didik. Macam-macam Prinsip Belajar 1) Prinsip motivasi dan perhatian 2) Prinsip keaktifan 3) Prinsip berpengalaman atau keterlibatan secara langsung 4) Prinsip pengulangan 5) Prinsip tantangan 6) Prinsip penguat dan balikan 7) Prinsip perbedaan individual.

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar